Minna-san, Pernahkah kalian membayangkan hidup
mulai membosankan, mendapat banyak masalah di sekolah atau di tempat kerja,
nilai ujian pun sudah tidak bisa lagi diterima dengan baik oleh orang tua
kalian, atau bos kalian terus menerus memarahi kalian dan membebankan tugas
yang tidak sebanding dengan gaji yang kalian terima, pada hubungan sosial untuk
mendapatkan seorang teman pun sangat susah sekali, Kalian pun mulai memutuskan
untuk absen di semua mata pelajaran dan keluar dari seluruh ekstrakulikuler
yang kalian ikuti di sekolah, atau melangkah ke dalam ruangan bos kalian lalu
membanting seluruh arsip arsip yang ditugaskan sebagai deadline kerja, lalu
berteraik dengan lantang “Saya sudah muak!!, Saya Keluar dari sini!!” kalian
pun memulai hidup dengan mengurung diri berhari hari bahkan berminggu minggu di
dalam kamar kalian tanpa ada kontak sedikitpun dengan dunia luar. Apa benar
bisa bertahan hidup dalam kondisi seperti ini?
Kalian mungkin beberapa kali pernah melihat
keadaan ini ketika menonton sebuah anime atau pun manga dimana ada seorang
tokoh yang mengurung diri di kamar, mereka hanya keluar ketika ingin membeli
makanan atau sekedar membeli minuman kaleng di vending machine. Apa kalian
mengira itu disebabkan oleh si karakter yang ngambek untuk beberapa saat saja? Kalian
salah jika berpikir demikian, memang keadaan ini merupakan suatu fenomena yang
banyak di angkat sebagai salah satu scene di dalam anime atau manga, ini adalah
bagian dari negatif kultur yang terjadi di Jepang bahkan sampai saat ini.
Fenomena seperti situasi di atas disebut sebagai “Hikikomori”, bisa
didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang memutuskan hubungan sosial
dengan dunia luar secara terus menerus. Bahkan hikikomori pun sudah resmi
menjadi salah satu kata di dalam kamus oxford yang memiliki arti, “The abnormal
avoidance of social contact, especially of adolecent males”.
Belum ada alasan yang jelas kenapa fenomena
ini terus menerus terjadi, anehnya 80% dari fenomena “hikikomori” ini terjadi
pada laki laki. Lalu bagaimana dengan orang tua dari seorang “Hikki” ?? kebanyakan dari mereka tetap memberikan
tanggungan hidup kepada anak nya yang mengalami fenomena ini, mereka mengirim
uang bahkan makanan secara rutin untuk menopang kehidupan sang anak. Memang
fenomena ini sangat berdampak buruk untuk berbagai aspek di Jepang, yang paling
fatal adalah hikikomori kebanyakan terjadi pada generasi muda seperti anak usia
sekolah, sangat tidak baik untuk Jepang yang memiliki tingkat kelahiran yang
tergolong rendah.
Seorang “Hiki” akan kehilangan
produktivitasnya sebagai manusia normal bahkan berlanjut pada sebuah depresi
yang berkepanjangan, mereka pun tidak segan segan mengakhiri hidup kapan saja.
Hal ini berdampak pada meningkatnya angka kematian akibat bunuh diri di Jepang,
Angka
harapan hidup di jepang memang tergolong tinggi akan tetapi menjadi ironi
ketika angka kematian akibat bunuh diri juga terus menerus meningkat bahkan
golongan manula pun lebih banyak dibandingkan golongan pemuda, keadaan yang sangat tidak baik untuk kelangsungan suatu
negara tentunya.
Pemerintah Jepang berusaha keras memerangi
fenomena ini dengan mendirikan banyak panti panti rehabilitasi khusus
hikikomori. Mereka sadar akan aset terpenting dan harta paling berharga dari
suatu negara yaitu kita, para generasi muda. :)
Lalu bagaimana pendapat kalian tentang
fenomena hikikomori ini? apa kalian pernah mengenal seseorang yang mengalami
fenomena ini sebelumnya? Share pendapat kalian di kolom komentar ya. Arigatou
gozaimasu Minna-san :D
No comments:
Post a Comment